Hanya dengan engkau, kerangka fikiran dan kebingungan terwujud. Rasa rendah diri terus-menerus menjauhkan aku dari jejak. Tetap waktu membawa kita sangat jauh. Terlepas dari segalanya, kau menyimpan semuanya untukku. Kuharap aku lebih bijak membaca puisi-puisi yang tertulis di seluruh wajahmu. Seiring berjalannya waktu, kita telah diuji. Bertahun-tahun, namun kasih sayang tetap tidak berubah. Aku telah menyelinap pergi, namun akhirnya waktu mengarahkan aku kembali ke pantai, tempat di mana aku memulakan ekspedisi tanpamu. Jutaan langit telah aku harungi, jutaan jalan telah aku redah. Sepanjang itu jugalah bintang utara tak pernah pudar memancarkan cahayanya untuk membimbingku. Itulah engkau.
Diiringi air mata yang tertumpah selama bertahun-tahun, kusedari betapa waktu telah terbuang begitu saja, sementara kesempatan semakin mendekat untuk melukiskan sepenggal puisi terindah buat mengisi jiwamu. Jauh di lubuk hati, kuakui bahawa implikasinya menyebabkan hidup ini telah menempuh jarak yang sangat jauh, tidak terbatas. Tidak ada bantahan pendapat tentang betapa istimewanya seorang teman sejati. Pengakuan itu telah membebaskanku dari sesak nafas yang berpanjangan. Kita adalah milik kita, tak satu pun dari kita bisa menyangkal kebenaran - tak satu pun dari kita yang mau. Kau dan aku berbagi semua ini, bergandingan tangan, dari hati ke hati, sebuah kenyataan yang indah. Bahkan jarak pun tidak akan mampu memisahkan kita. Sungguh ajaib. Tak bisa aku jelaskan bagaimana sentuhan dan tatapan mata tajammu yang dalam, melumatkan aku dalam dimensi rindu. Ketika mataku membelai wajahmu, dengan rela kasih sayang tercurah dalam jiwa kita sewaktu kau dan aku sama-sama membelai hati dengan kesedaran.
Wherever you are... you are always in my heart. I love you in every thought, breath and step. Protecting you in every prayer, loving you in every tear. Holding you in every hope. Believing you in every trust.
Friendship is a single soul dwelling in two bodies.